Comments are off for this post

Bersukacitalah Senantiasa – 2

Bersukacitalah Senantiasa – 2
Author: Pastor Wilson Suwanto
Posted on: 2014-09-25 00:52:57

Bagaimana kita bersukacita senantiasa? Setiap kita tahu apa artinya bersukacita, dan kita mengalami sukacita itu dari waktu ke waktu. Namun ada kalanya, kita tidak bersukacita. Bagaimana bisa bersukacita di dalam kesedihan, pencobaan, dan penderitaan? Apakah perintah bersukacita senantiasa ini adalah sesuatu yang bisa dilakukan dalam hidup sehari-hari?

 

Kalau Tuhan berikan perintah, Ia akan berikan kekuatan sehingga kita bisa melakukannya. Kalau Tuhan menyuruh kita bersukacita senantiasa, tentu perintahNya bisa dilakukan, apalagi Rasul Paulus mengulangi sekali lagi, “Sekali lagi kukatakan, bersukacitalah.” (Filipi 4:4)

 

Bersukacita senantiasa bukan berarti kita tidak akan pernah sedih atau kecewa, atau kita akan selalu tertawa dan gembira 24 jam. Bukan itu maksudnya. Maksudnya adalah, di dalam kesedihan dan kesulitan apapun, kita tetap punya alasan untuk bersukacita. Kita selalu bisa bersukacita di dalam segala keadaan.

 

Rasul Paulus adalah contoh nyata bagaimana bisa bersukacita senantiasa. Kita lihat keadaan Paulus ketika menulis surat Filipi ini. Ia ada di penjara, dan ia masuk ke sana bukan karena ia bersalah. Ia dituduh, dan menjadi korban politik para penguasa waktu itu. Kalau Paulus mau protes, kita sangat bisa mengerti. Kalau Paulus tidak mau bersukacita, mungkin banyak orang akan maklum. Siapa yang tidak marah dan sedih kalau dipenjara padahal tidak melanggar hukum? Apalagi kalau kita lihat kondisi penjara pada waktu itu. Penjara biasa ada di bawah tanah sehingga kondisinya cenderung gelap dan lembab. Sangat tidak nyaman. Paulus punya 1001 alasan untuk tidak bersukacita.

 

Paulus tetap bisa bersukacita dalam keadaan demikian. Surat Filipi terkenal sebagai “surat sukacita.” Paulus menggunakan istilah “bersukacita” atau “sukacita” sebanyak 17 kali dalam seluruh surat tersebut. Apa rahasianya? Bagaimana ia bisa bersukacita senantiasa? Bagaimana kita bisa bersukacita dalam segala keadaan?

 

Salah satu rahasianya ada di Filipi 4:6: “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.”

 

Kuatir adalah pembunuh utama sukacita. Ketika kita kuatir, kita tidak bisa bersukacita. Kuatir itu memecah pikiran dan hati kita. Kuatir itu menghabiskan waktu kita. Kuatir itu membuat kita tidak bisa tidur, dan tidak ada damai. Bagaimana bisa bersukacita kalau kita kuatir? Anehnya, lebih sering kita melihat seseorang “senantiasa” kuatir daripada “senantiasa” bersukacita.

 

Untuk melawan kekuatiran, kita harus mempunyai kebiasaan berdoa. Berbicara kepada Tuhan, membawa kekuatiran kita ke hadapanNya, dan menyerahkannya ke tanganNya. Berdoa berarti melepaskan segala beban dan kekuatiran kita, dan meninggalkannya di hadirat Tuhan. Kalau kekuatiran itu melenyapkan sukacita, maka berdoa dan melepaskan beban di hadapan Tuhan itu memulihkan sukacita kita.

 

Pernahkah Anda melihat orang yang mencurahkan isi hatinya kepada temannya? Setelah ia “curhat,” bebannya terasa ringan, dan ia bisa bersukacita. Mazmur 62:9 berkata, “Percayalah kepada-Nya setiap waktu, hai umat, curahkanlah isi hatimu di hadapan-Nya; Allah ialah tempat perlindungan kita.” Kebiasaan kita mungkin adlaha mencurahkan isi hati di hadapan manusia. Mungkin beban kita terasa ringan setelah itu, namun bagaimana sukacita kita bisa pulih? Hanya dari Tuhan saja sukacita kita datang. Itu sebabnya kita harus membiasakan diri berdoa ketika kita mulai merasa kuatir. Paulus berkata, “Do not worry about anything, but in everything pray!” Apa yang kita kuatirkan, itu kita doakan. Daud berkata bahwa hanya dekat Allah saja, ia tenang (Mzm. 62:2). Ada damai, ada sukacita.

 

Satu lagi Paulus katakan: mengucap syukur. Di dalam doa kita, ada beberapa unsur:

  1. Mencurahkan isi hati
  2. Melepaskan beban
  3. Meminta jalan keluar
  4. Bersyukur.

Kita membuka dan menutup doa kita dengan ucapan syukur. Ketika kita bersyukur, kita belajar mencari alasan untuk bersyukur. Ketika kita menemukan alasan untuk bersyukur, itu juga menjadi alasan untuk bersukacita. Inilah rahasianya! Kalau kita kesulitan menemukan alasan untuk bersukacita, carilah alasan untuk mengucap syukur. Tuhan memberkati kita dengan segala kelimpahan di dalam setiap keadaan. Kalaupun situasi kita begitu sulit, atau mungkin kita mengalami sakit penyakit yang parah, kita masih bisa bersyukur bahwa kita adalah anak Tuhan. Kita boleh datang kepada Bapa di sorga dengan memohon seperti seorang anak. Paling tidak kita tahu bahwa beban utama kita sudah dipikul oleh Kristus di salib, yaitu: dosa-dosa kita.

 

Biasakan membawa beban kita kepada Tuhan, dan temukan alasan untuk bersyukur. Ini rahasia bagaimana kita bisa bersukacita, bukan sekali-sekali, tetapi senantiasa.