No comments yet

Teknologi: Cara Modern Menyia-nyiakan Waktu?

TEKNOLOGI: CARA MODERN MENYIA-NYIAKAN WAKTU?

 Kalvin Budiman

 

dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat” (Efesus 5:16)

            Teknologi dibuat untuk membantu manusia.  Teknologi bukan tuan.  Teknologi hanyalah alat untuk membuat hidup menjadi lebih mudah. Tapi sekarang teknologi sudah menjadi seperti tuan buat kebanyakan orang.  Banyak orang “mempersembahkan” dan “menyerahkan” waktu mereka untuk melayani teknologi untuk hal-hal yang hampir sama sekali tidak ada nilainnya.

Teknologi tidak salah.  Dan saya juga tidak anti teknologi.  Saya hanya mau mengajak kita untuk menempatkan teknologi sesuai fungsinya, yaitu sebagai alat bantu, dan bukan sebagai tuan.  Kemajuan teknologi adalah sebuah fenomena modern yang patut kita kagumi.  Tapi pertanyaan yang lebih dalam yang setiap kita harus tanyakan adalah: apakah kemajuan teknologi yang kita pakai tersebut dapat menolong untuk meningkatkan nilai dan makna hidup kita?  Misalnya, salah satu bentuk kemajuan teknologi yang paling mengagumkan adalah teknologi komunikasi.  Pertanyaannya buat setiap kita adalah: apakah kemajuan teknologi komunikasi tersebut membantu kita untuk meningkatkan kualitas komunikasi dan hubungan kita dengan teman, dengan suami atau istri, dengan anggota keluarga dan dengan orang lain?

Saya semakin sering mendengar suami-suami atau istri-istri mengeluh karena pasangan mereka lebih punya banyak waktu dengan smartphone-nya daripada dengan mereka.  Dulu ada lagu sekolah minggu yang kata-katanya berbunyi demikian: “Apa yang dicari orang?  Uang!  Siang, malam, pagi, petang, uang, uang, uang, bukan Tuhan Yesus.”  Sekarang barangkali tidak salah kalau siang, malam, pagi, petang, kebanyakan orang cari smartphone-nya.  Dan banyak waktu terbuang karena smartphone.

Ada seorang teman yang pernah berkata kepada saya bahwa sejak memiliki smartphone, ia punya kebiasaan baru.  Paling tidak seminggu sekali (kadang dua kali), ia harus membuat jadwal untuk membersihkan smartphone-nya dari foto-foto yang sudah tidak perlu lagi, dari percakapan di whatsapp yang sudah tidak dibaca lagi, file-file yang sudah tidak perlu, game-game yang perlu di-maintained atau dihapus, dan sebagainya.  Tanpa sadar, menurut pengakuannya sendiri, kadang-kadang dua jam lewat hanya untuk “me-managesmartphone-nya.  Sesudah lelah me-manage smartphone-nya, apa yang ia lakukan?  Teman saya dengan jujur berkata, sesudah itu maunya main game, chat sama teman, update facebook, update Instagram, atau sekedar browsing dan nonton video clips!  Seringkali dua-tiga jam lewat begitu saja dalam satu hari tanpa menghasilkan sesuatu yang betul-betul bermakna dan bernilai.  Kadang ia menyesali hari-hari yang lewat begitu saja, tapi ia juga tidak berdaya melawan “rasa ketagihan” untuk menikmati kemajuan teknologi yang ada di genggaman tangannya.

Belum lagi persoalan-persoalan baru antara orangtua dan anak karena perhatian anak sekarang ini lebih banyak tertuju pada teknologi.  Tidak jarang saya mendengar orangtua yang mengeluh karena anaknya sepanjang hari hanya di depan komputer atau asyik dengan gadget di tangannya.  Semakin banyak juga orangtua yang mengeluh karena sekarang anak-anaknya susah mendengarkan kata-kata orangtua dan lebih memilih mendengar nasihat-nasihat dari internet.  Banyak orangtua yang sadar bahwa teknologi itu baik dan tidak salah.  Tapi banyak juga yang merasa tidak berdaya dengan perubahan-perubahan dan pengaruh negatif yang mereka lihat pada anak-anak mereka akibat terlalu asyik dengan teknologi.

Bagaimana cara mengatasinya?  Solusi sederhana yang Alkitab tawarkan adalah: ingat waktu.  Kita harus memiliki kesadaran tentang pentingnya waktu.  Paulus mengingatkan bahwa waktu adalah hal yang “jahat,” maksudnya: tidak bersahabat dan tidak dapat kita kontrol.  Waktu akan terus berjalan.  Waktu yang sudah lewat tidak akan kembali.  Waktu adalah titipan dari Tuhan yang harus kita pakai dengan bertanggung jawab.  Waktu-waktu kehidupan kita harus diisi dengan hal-hal yang bernilai.  Teknologi seharusnya menjadi alat bantu yang dapat menolong kita mengatur waktu dengan lebih efektif dan efisien, dan bukan sebaliknya menjadi tuan yang memperhamba kita dan malah membuat kita digilas oleh waktu.