By: Rev. Wilson Suwanto
“Besar Imanmu.” Itulah perkataan yang Yesus ucapkan kepada seorang perempuan non-Yahudi. Sebelumnya, Yesus mengucapkan perkataan yang seolah-olah “memojokkan” perempuan itu (untuk lengkapnya silahkan baca Matius 15:21-28). Tetapi dia tidak putus asa dan tetap memohon Yesus untuk menyembuhkan anak perempuannya. Sikap demikian membuat Yesus takjub dan memuji iman perempuan itu.
Kalau ada sesuatu yang bisa membuat Yesus takjub dan senang, itu adalah iman. Di bagian lain dikatakan bahwa tidak mungkin kita bisa menyenangkan Tuhan tanpa iman (Ibr. 11:6). Ketika nanti Yesus datang kedua kali, yang Ia tanyakan adalah: “Akankah Anak Manusia mendapati iman di bumi?” Yesus memuji iman, mencari iman, dan memberi upah kepada orang yang beriman.
Apakah iman itu? Iman adalah percaya kepada Tuhan berdasarkan janjiNya. Seluruh janji Tuhan ada di dalam Akitab. Itu sebabnya Paulus berkata bahwa iman timbul dari pendengaran akan firman Tuhan (Rom. 10:17). Percaya kepada Tuhan berarti bersandar dan bergantung padaNya.
Sisi lain dari iman berarti tidak bersandar atau tidak bergantung kepada kekuatan diri atau orang lain. Iman adalah sebuah komitmen untuk percaya dan bersandar penuh kepada Tuhan. Ketika anak kita percaya kepada kita sebagai ayah atau ibunya, tentu hati kita merasa senang. Kalau anak kita lebih percaya pada penjelasan kita daripada penjelasan teman-temannya, pasti kita merasa senang.
Tuhan senang ketika kita lebih bersandar padaNya daripada pada diri atau orang lain. Itu sebabnya Dia berkenan jika kita percaya pada Dia. Itu sebabnya Dia pasti memberikan upah kepada orang yang beriman kepadaNya. Prinsip ini nyata sejak dari awal sejarah manusia.
Kain dan Habel memberikan persembahan, tetapi Tuhan menerima persembahan Habel dan menolak persembahan Kain. Apa sebabnya? Karena iman. Karena iman, Habel telah memberikan persembahan yang lebih baik daripada Kain (Ibr. 11:4). Habel memberikan persembahan karena ia percaya (beriman) kepada Tuhan yang telah memberikan perintah tentang ini. Pengaruh iman begitu kuat sehingga sampai sekarang kita masih mendapatkan kekuatan dari teladan iman Habel. Hanya dengan iman maka persembahan kita diterima oleh Tuhan. Benar kata firman Tuhan, tanpa iman, tidak mungkin menyenangkan Tuhan.
Tanpa iman, kita juga tidak bisa berdoa dengan baik dan benar. Kalau kita berdoa minta hikmat, kita harus memintanya dengan iman. Kalau tanpa iman, kita tidak akan menerima apa-apa dari Tuhan (Yak. 1:6-7). Kita berdoa karena kita beriman bahwa Tuhan mendengarnya. Jadi iman adalah dasar bagi doa. Tanpa iman, doa tidak ada faedahnya selain melemparkan kata-kata ke udara.
Tanpa iman, kita tidak bisa hidup dalam kekudusan. Tanpa iman, kita tidak mempunyai perisai untuk menangkal panah api dari si jahat. Iblis akan selalu menggoda kita untuk tidak percaya atau curiga kepada Tuhan. Ini yang ia lakukan terhadap Hawa ketika ia mencobainya. Ia berkata bahwa Tuhan itu tidak kasih dan tidak adil ketika melarang Adam dan Hawa makan buah pengetahuan baik dan jahat.
Itu sebabnya, berdirilah teguh di atas dasar iman kita. Iman sanggup menolong kita melewati berbagai badai kehidupan. Yesus berkata bahwa kalau kita punya iman sekecil biji sesawi, kita bisa memerintahkan gunung untuk tenggelam ke dalam laut. Artinya, iman sekecil apapun akan membawa dampak yang besar dalam hidup kita. Tuhan berkata bahwa orang yang benar akan hidup oleh iman. Paulus menegaskan bahwa kita hidup bukan karena melihat tetapi karena percaya.
Apa kunci kebahagiaan sejati? Iman. Yesus berkata, “Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya.” Kalau kita hidup dengan iman dan memelihara iman kita, kita sedang menikmati sukacita dan kelimpahan hidup. Tetaplah percaya pada Tuhan. Tetaplah sandar Dia. Tuhan itu adil. Ia akan memberikan upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia dan beriman kepadaNya (Ibr. 11:6).