Comments are off for this post

HAPPY INDEPENDENCE

HAPPY INDEPENDENCE
Author: Rev. Timotius Tjing
Posted on: 2015-07-31 21:36:00
 

Yunus 3:1-10

Tanggal 4 Juli lalu Amerika baru memperingati Hari Kemerdekaannya yang ke 239. Amerika dibangun oleh orang-orang yang beriman kepada Yesus. Amerika dibangun berdasarkan Firman Tuhan. Tetapi Amerika yang dulu sudah berubah, dan berubahnya menuju ke arah yang menurun, merosot. Terutama soal iman dan moralnya. Sekarang jutaan orang merayakan Kebebasan dari Agama daripada Kebebasan Beragama. Lebih lebih akhir bulan Juni lalu Supreme Court telah mengambil keputusan yang berpihak kepada LGBT. Lalu, bagaimana dengan kita yang tinggal di sini dalam menanggapi situasi seperti ini? Banyak yang bertanya, “Apakah Amerika bisa kembali kepada Tuhan seperti dulu?” Bagaimana membawa Amerika kembali kepada Tuhan? Apakah kita bisa membuat suatu perubahan? Melalui Yunus 3: 1-10 dan khususnya ayat 8 kita melihat beberapa substansi yang membawa pemulihan kota Niniwe.

Niniwe adalah ibu kota kerajaan Asyur, kotanya besar (1:2, 3:2) dan ayat 3 mencatat “Niniwe adalah sebuah kota yang mengagumkan besarnya, tiga hari perjalanan luasnya”, dan sebuah kota yang jahat (1:1) dan penyembah berhala. Bagaimana kota yang jahat dan kejahatannya telah sampai kepada Allah sehingga mau ditunggangbalikkan itu bisa ada kebangunan, pemulihan dan pertobatan? Beberapa hal yang bisa dipelajari dan nantinya kita lakukan sebagai wujud kepedulian kepada kota, bangsa dan Negara di mana kita berada.

I. Pemulihan Niniwe terjadi karena mereka merendahkan diri.

Di ayat 8 kita membaca, Raja kota Niniwe berkata, “Haruslah semuanya, manusia dan ternak, berselubung kain kabung”. Rupanya kotbah Yunus Yunus menyadarkan mereka (ayat 5). Orang Niniwe percaya kepada Allah. Raja berkabung dan memerintahkan seluruh orang Niniwe berpuasa dan memakai kain kabung. Di Perjanjian Lama puasa adalah suatu pernyataan merendahkan diri, hati yang hancur, dan kondisi yang sangat membutuhkan Tuhan. Itulah yang Tuhan cari, orang-orang yang sedih, berkabung, dan menyadari akan kejahatannya.

Kondisi ini sama seperti yang di catat di 2 Tawarikh 7:14 “Umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri.” Tuhan datang kepada orang-orang yang sangat membutuhkan Dia. Orang-orang yang mau menyerahkan kesombongannya, datang berlutut di hadapan-Nya, dan mengakui kejahatannya. Tuhan akan datang kepada mereka. Kita ingat perumpamaan yang disampaikan Tuhan Yesus di Lukas 18:9-14. Yaitu orang Farisi dan pemungut cukai yang berdoa di Bait Allah. Yang satu begitu sombong di hadapan Tuhan. Orang Farisi tsb. meninggikan dirinya di hadapan Tuhan dan sesame, tetapi si pemungut cukai menunduk kepalanya, memukul dadanya, merendahkan hatinya dan mengakui akan keberdosaannya dan memohon pengasihan Tuhan. Siapa yang di dengar Tuhan? Siapa yang pulang mendapatkan perkenanan Tuhan?

Raja Daud di Mazmur 51:18-19 berkata, “Sebab Engkau tidak berkenan kepada korban sembelihan sekiranya kupersembahkan korban bakaran, Engkau tidak menyukainya. Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kau pandang hina”.

Apakah kita puas melihat kondisi Amerika, gereja dan diri sendiri saat ini? Apakah kita melihat gereja-gereja di sini cukup sehat? Mungkin kita merasa ya, okelah, tidak terlalu jelek. Tapi bagaimana kalau dibandingkan dengan gereja mula-mula, gereja abad pertama? Jemaat mula-mula setiap hari berkumpul, berdoa, mendengarkan pengajaran rasul-rasul, dan memecah roti bersama. Kita tentu tidak bisa setiap hari ke gereja melakukan hal yang sama seperti gereja abad pertama. Tapi kalau setiap hari berdoa dan bersekutu dengan anggota keluarga di tempat masing-masing bisa bukan? Atau, setiap hari Rabu ke persekutuan doa juga bisa bukan? Lalu kalau setiap hari Minggu datang beribadah, bersekutu, berdoa, mendengar pengajaran Firman Tuhan tentu juga bisa bukan? Kita perlu merendahkan diri dengan hati yang hancur, hati yang sedih, hati yang berkabung dan memohon pengasihan Tuhan.

Pemulihan tidak akan terjadi selama gereja dalam keadaan seperti yang dikatakan oleh Wahyu 3:1, “engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati”. Pemulihan dan kebangkitan gereja maupun bangsa hanya bisa terjadi ketika anak-anak Tuhan dengan hati yang hancur datang berlutut dengan air mata memohon kepada Tuhan untuk campur tangan dalam kondisi yang dialami. Inilah yang Tuhan tunggu dari setiap kita.

Mari, merendahkan diri di hadapan Tuhan dan berdoa buat diri sendiri, anak-anak Tuhan, pemimpin-pemimpin gereja, pejabat-pejabat Negara agar mereka juga mau merendahkan dirinya, “berselubung kain kabung” sebagai pernyataan hati yang hancur, dan memohon pengasihan dan pimpinan Tuhan.

II. Pemulihan Niniwe ditandai dengan suatu urgensi, sesuatu yang mendesak

Raja Niniwe berkata, “Haruslah semuanya, manusia dan ternah, berselubung kain kabung dan berseru dengan keras kepada Allah” Di dalam versi NIV, “Let everyone call urgently on God”. Artinya, dengan suatu rasa yang mendesak, sangat urgen, sangat penting, dan ketegangan. Doa untuk pemulihan haruslah dilakukan dengan tekun, terus menerus, sepenuh dan kesungguhan hati.

Mungkin kita pernah mendengar ada teman yang berkata;
*Saya berdoa buat pemulihan pernikahan, rumah tangga saya sepanjang minggu, tapi tidak terjadi apa-apa. Saudara/i itu bukanlah doa pemulihan atau kebangunan.
*Ada yang berkata, saya berdoa selama sebulan supaya terjadi kebangunan di gereja saya, tapi tidak terjadi sesuatu. Itu juga bukan doa kebangunan.

Doa pemulihan adalah permohonan yang disampaikan dengan rasa sangat membutuhkan, sangat mendesak, sepenuh hati dan tidak henti-henting atau tidak putus-putusnya.

Ilustrasi:

Penginjil terkenal Dwight L. Moody dari Chicago suatu ketika pergi berlibur ke England. Dia tidak ada rencana untuk kotbah atau melakukan kegiatan yang biasa dia lakukan di masa sabbatical-nya. Tapi tiba di sana dia bertemu dengan seorang pendeta yang memintaanya dengan sangat untuk berkotbah di gereja di kebaktian pagi dan sore. Akhirnya, Moody bersedia juga ke sana berkotbah.

Kemudian di dalam buku hariannya dia menulis, “Ini adalah gereja/jemaat yang paling kaku/mati yang pernah saya lihat” Dengan rasa berat sorenya dia kembali ke gereja tsb, tetapi di tengah-tengah dia berkotbah sesuatu terjadi, jemaat yang hadir mulai “hidup” dan Moody tergerak untuk melakukan panggilan dan undangan buat yang mau percaya Tuhan.

Banyak yang berdiri! Dia jadi ragu-ragu, dan berkata, “Mungkin kalian tidak mengerti pertanyaan saya, begini saja kalau hari ini Anda mau menjadi orang Kristen, nanti sesudah kebaktian ini kumpulkan di ruangan belakang. Apa yang terjadi kemudian? Ruangannya penuh. Melihat hal itu, Moody bertanya kepada sang pendeta, “Apa yang terjadi?” Si pendeta menjawab, “Saya tidak tahu, tapi saya rasa Anda harus kembali ke sini lagi berkotbah besok malam”

Kemudian di buku hariannya Moody menulis, “Akhirnya saya kotbah di gereja tsb berturut-turut sepuluh malam dan ada 400 orang yang menjadi percaya kepada Kristus”. Pendeta DL. Moody tidak mengerti, tetapi akhirnya diketahui bahwa pada suatu ketika, jauh hari sebelum DL. Moody punya rencana ke England berlibur, ada seorang nenek berumur 80 tahun bernama Mary Ann Adelard ketika membaca kotbah Moody di sebuah surat kabar, mulai berdoa setiap hari agar Tuhan membawa Moody ke gerejanya.

Inilah yang disebut doa kebangunan.

Di 1 Tesalonika 5:17 rasul Paulus berkata, “Tetaplah berdoa” Di sini tidak dibilang tetaplah bernyanyi, tetaplah bersekutu, atau tetaplah berkotbah. Tetapi, “tetaplah berdoa”. “Pray without ceasing” – “Jangan berhenti berdoa”. Setelah seorang murid meminta, “Tuhan, ajarlah kami berdoa” (Lukas 11:1) Yesus kemudian menyampaikan sebuah perumpamaan yang berhubungan dengan doa. Perumpaan tentang seorang yang meminjam roti kepada sahabatnya, “karena sikapnya yang tidak malu itu, ia akan bangun juga dan memberikan kepadanya apa yang diperlukannya” (11:8).

Juga di Lukas 18, Yesus menceritakaan perumpamaan tentang hakim yang jahat dan seorang janda. Sang janda terus meminta keadilan kepada si hakim. Atas permohonan si janda yang terus menerus, akhirnya sang hakim memenuhi permintaannya. “Walaupun aku tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorangpun, namun karena janda ini menyusahkan aku, baiklah aku membenarkan dia, supaya jangan terus saja ia datang dan akhirnya menyerang aku.”(ayat 5).

Inti atau kesimpulan dari ke dua perumpamaan tsb. adalah “Teruslah berdoa, jangan menyerah”

III. Pemulihan Niniwe ditandai dengan mau menguduskan diri

Raja Niniwe berkata, “Haruslah semuanya, manusia dan ternah, berselubung kain kabung dan berseru dengan keras kepada Allah serta haruslah masing-masing berbalik dari tingkah lakunya yang jahat dan dari kekerasan yang dilakukannya.” Sama seperti di 2 Tawarikh 7:14 “umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat…”

“merendahkan diri” ini adalah hati yang hancur, yang sedih “berdoa dan mencari wajah-Ku” ini adalah suatu urgensi, yang mendesak “lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat” ini adalah suatu kekudusan

Adik Yesus, Yakobus pernah berkata (Yak 5:16), “Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya”. Di bagian ini Yakobus tidak mengatakan doa itu efektif dan berkuasa. Atau doa orang yang efektif dan berkuasa. Tetapi doa orang yang benar itu efektif dan berkuasa. Tuhan akan mendengar, mengampuni, dan menyembuhkan atau memulihkan ketika orang yang benar = kudus, yang suci berdoa.

Di dalam 1 Timotius 2:8 rasul Paulus berkata, “Oleh karena itu aku ingin, supaya di mana-mana orang laki-laki berdoa dengan menadahkan tangan yang suci, tanpa marah dan tanpa perselisihan.” Yang menjadi fokus di ayat ini bukanlah menadahkan atau mengangkat tangan. Tangan bukan jadi point di ayat ini, tetapi intinya adalah kata “suci”. Kita boleh bernyanyi sambil mengangkat tangan, boleh menyembah Dia dengan tangan di angkat ke atas. Tetapi yang penting adalah apakah tangannya itu kudus? Jangan-jangan baru saja tangannya dipakai buat menempeleng orang atau mengambil barang yang bukan miliknya atau, hatinya marah kepada saudaranya, pikirannya sedang merencanakan akan membalas dendam.

Tuhan melihat orang-orang yang suci berdoa. Inilah bagaimana pemulihan terjadi kepada seseorang, gereja dan Negara yaitu, ketika kita berdoa dengan sikap, hati, dan kelakuan yang suci.

Saudara/i, marilah kita datang ke hadapan Tuhan dengan kekudusan, jangan ada dosa dalam hidup kita. Kemarahan, kedengkian, iri hati, nafsu dunia, keserakahan, dan macam-macam dosa lainnya. Kita boleh terus menerus berdoa, berbulan-bulan, bertahun-tahun tetapi kalau tidak dengan kekudusan, Tuhan tidak akan menjawabnya.

Nabi Yesaya (59:1-2) berkata, “Sesungguhnya, tangan Tuhan tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu, ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengarmu, Ialah segala dosamu.” Artinya, didengar saja tidak, apalagi dikabulkan doanya! Sebabnya, dosanya!

Jadi, yang dilakukan orang-orang Niniwe; mereka merendahkan diri, berdoa dengan urgensi, dan berbalik dari dosanya.

Yunus 3:10, “Ketika Allah melihat perbuatan mereka itu, yakni bagaimana mereka berbalik dari tingkah lakunya yang jahat, maka menyesallah Allah karena malapetakan yang telah dirancangkan-Nya terhadap mereka, dan Ia pun tidak jadi melakukannya.”

Kata “menyesallah” Allah bukan berarti Allah itu berubah pikirannya atau Allah itu “plin-plan” tetapi adalah suatu gaya bahasa saja. Para teolog menjelaskannya dengan matakan “menyesalnya Allah adalah adalah “saat peralihan dari sifat kasih-Nya menjadi sifat Adil-nya. Masa hukuman menjadi masa berkat, dan sebaliknya. Allah itu tidak ingin siapapun juga berbuat dosa, tetapi waktu seseorang berdosa maka Allah jadi menyesal. Artinya di ayat ini, hati Allah tidak puas kalau Dia harus menghukum Niniwe yang sudah berubah, bertobat.

Sebagai penutup;

Kalau kita rindu pemulihan dan kebangunan terjadi atas diri kita, gereja kita, masyarakat dan bangsa kita maka, lakukanlah ke tiga hal yang dilakukan orang-orang Niniwe di atas!

Haapy 4th July. Good bless America !