No comments yet

SAMPAI DI SINI TUHAN MENOLONG KITA

By Rev. Timotius Tjing

SAMPAI DISINI TUHAN MENOLONG KITA

Ada yang bilang bahwa kehidupan ini seperti suatu perjalanan. Di perjalanan itu kita melewati lembah, mendaki bukit, menyeberangi sungai. Kadang kadang jalannya lurus, kadang berliku, bahkan berkerikil dan berbatu sehingga membuat kita jatuh, tersandung dan ada kalanya terluka. Tetapi ada juga saatnya kita berhenti, beristirahat. Nah, di saat itulah biasanya kita mengevaluasi keadaan kita dengan mempelajari peta, di mana kita berada, sudah berapa jarak yang kita tempuh, dan berapa jauh lagi kita harus berjalan.

Samuel ketika menjabat sebagai hakim bangsa Israel mengadakan perjalanan tapi, bukanlah perjalanan rekreasi, melainkan perjalanan untuk mempertahankan kedaulatan Israel terhadap serangan bangsa Filistin. Pada suatu saat, sesudah Tuhan mengacaukan orang Filistin, sehingga mereka menjadi bingung dan dapat dikalahkan oleh bangsa Israel, Samuel berhenti dan mendirikan suatu batu dan menamainya Eben Haezer artinya sampai disini Tuhan menolong kita (1 Samuel 7 : 12)

Di saat pergantian tahun. Inilah saatnya buat kita mengevaluasi kehidupan kita, mengadakan hitungan dalam hidup ini. Saat seperti inilah kita melihat kembali perjalan hidup yang sudah kita lalui, bisa berupa kegagalan dalam usaha, kegagalan dalam studi, sakit penyakit, atau saat melahirkan anak, dengan nafas lega lalu kita mengatakan Eben Haezer, yaitu sampai disini Allah telah menolong kita, sehingga kita selamat. Jadi, kita perlu melihat kembali ke belakang dengan tujuan mengevaluasi kehidupan kita dan mengatakan Eben Haezer dengan bersyukur.

Tetapi, dipihak lain, Alkitab menegaskan bahwa kita tidak boleh menoleh kebelakang! Lukas 9 : 62, Yesus berkata :setiap orang yang siap untuk membajak, tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk kerajaan Allah

Lalu, apa artinya jangan menoleh ke belakang

1.Tidak melihat kembali dosa masa lalu yang sudah diampuni (1 Yohanes 1 : 9) Jika kita mengaku dosa kita, maka Dia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. Kalau melihat dosa yang sudah diampuni, kita tidak pernah bisa bertumbuh dan maju, sebaliknya kita akan kehilangan berkat yang Tuhan sediakan. Banyak orang tidak mau melayani pekerjaan Tuhan karena merasa masih berdosa. Ada yang mengatakan, Saya masih suka bohong, saya masih emosian, saya masih suka marah. Atau saya masih terikat ini dan itu. Sebetulnya justru itu semua bisa dijadikan sebuah tantangan buat kita melayani dan maju, karena secara tidak langsung kita dipaksa untuk berubah. Daud menjadi raja yang berkenan kepada Tuhan, dan Petrus menjadi penginjil yang berani karena mereka tidak melihat dan mengingat lagi dosa-dosanya yang sudah diampuni.

2.Tidak melihat kembali kegagalan masa lalu sehingga membuat kita merasa sebagai orang yang gagal Setiap orang pasti ada kegagalannya, kecuali orang itu tidak pernah mencoba mengerjakan sesuatu yang bebas dari kegagalan. Melihat kepada kegagalan itu perlu, baik buat mengoreksi diri, supaya tidak mengulangi kesalahan yang sama, sehingga kita mempunyai moto, kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda, tetapi jangan melihat kepada kegagalan yang membuat kita merasa kalah atau gagal. Kalau kita mengalami kegagalan, misalnya dalam pekerjaan, sekolah, pelayanan, menjadi orang tua, menjadi suami atau isteri, maupun dalam hal melepaskan diri dari ikatan apapun, janganlah kita menjadi orang yang kalah, tetapi berusaha terus, sampai berhasil.

3.Tidak melihat konflik atau perselisihan masa lalu, sehingga menimbulkan kepahitan (Ibrani 12 : 15b) Jangan timbul akar yang pahit, sehingga menimbulkan kerusuhan dan mencemarkan banyak orang. Para pakar ilmu jiwa mengatakan kalau setiap kali ada hubungan yang rusak, selalu dimulai dari diri orang tersebut, biasanya ada pada masa lalunya. Sebenarnya apa yang dibuktikan oleh para pakar itu sudah tercantum di Alkitab, Tuhan memerintahkan kita untuk saling mengampuni supaya kamu sembuh, jangan jauhkan diri dari kasih karunia, supaya kamu jangan menyimpan akar yang pahit. Banyak orang kecewa dengan orang lain, karena ada akar pahit dalam dirinya. Kalau kita mengalami masalah dalam hubungan atau masalah dengan orang lain, sebaiknya kita mengkoreksi diri dan belajar mengampuni, itu adalah jalan keluarnya. Banyak suami- isteri mengalami masalah dalam pernikahan, karena ada masa lalu yang belum diselesaikan, baik itu masalah dengan mantannya atau masalah dengan orang tuanya. Ada anak yang kecewa dengan Tuhan dan orang gereja, setelah diselidiki ternyata dia punya pacar bukan orang percaya, dia berdoa supaya Tuhan membuat pacarnya bertobat tetapi tidak terjadi, maka dia meninggalkan Tuhan dan gereja.

4.Tidak melihat pada masa lalu dan melihatnya lebih baik dari yang sebenarnya (Pengkhotbah 7 : 10), Salomo mengatakan : Janganlah mengatakan, mengapa zaman dulu lebih baik dari pada zaman sekarang, karena bukan berdasarkan hikmat engkau menanyakan itu. Orang Israel selalu menggerutu bahwa di Mesir mereka tidak pernah kekurangan makanan, padahal mereka di Mesir menjadi budak dan harus bekerja keras/kerja paksa. Kita sering tidak puas dengan keadaan kita dan membandingkannya keadaan sekarang dengan masa lalu. Dalam hal ini kita sering sekali tidak realistik, karena nostalgia selalu manis.

5.Tidak melihat pada keberhasilan masa lalu dan berpikir kita sudah mencapainya Di (Filipi 3 : 13 – 14); Paulus mengatakan, aku melupakan apa yang telah dibelakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang ada dihadapanku dan berlari lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah Ada pepatah mengatakan, If what you did yesterday still looks big to you, you haven’t done much today. The greatest enemy of tomorrow success is today success

Sering kita mendengar kesaksian,
Dulu Om ditolong Tuhan luar biasa.. bagaimana sekarang?
Dulu saya menjadi ketua panitia ini dan itu,..bagaimana sekarang? Masih berdoa dan membaca Alkitab setiap hari?
Dulu saya melayani di Komisi ini dan itu;
Dulu saya menjadi ketua Pemuda, Sekolah Minggu,
Dulu saya pernah mendoakan orang sakit jadi sembuh..bagaimana saat ini?

Alkitab mencatat, kita hanya boleh menoleh ke belakang untuk membuat batu Eben Haezer, yaitu mengatakan sampai disini Tuhan sudah menolong, sehingga kita bisa mengucap syukur kepada Tuhan, seperti salah satu dari sepuluh orang kusta yang disembuhkan oleh Yesus, dia kembali menoleh kebelakang untuk mengucap syukur kepada Yesus (Lukas 17:17-18) Kehidupan kita yang seperti suatu perjalanan itu akan mengalami perubahan demi perubahan.

Seorang filsuf Yunani bernama Herakletus yang hidup sekitar 200 tahun sebelum Raja Solomon mengatakan: Panta rhei, ouden menei, artinya : Segala sesuatu mengalir, tidak ada yang tetap. Kalau kita melihat tahun depan, kita mungkin merasa tidak menentu karena tidak tahu apa yang akan terjadi. Kita diliputi ketidak pastian. Dan rasa tidak pasti selalu kurang menyenangkan. Rasa tidak pasti mengakibatkan kita gelisah, resah, kuatir, takut, bingung dan tidak menentu. Sewaktu orang Israel menghadapi pembuangan ke Babel, mereka punya perasaan yang demikian, takut, kuatir, serba tidak pasti apa yang akan terjadi. Saat saat demikian, Tuhan berbicara melalui nabi Yeremia, dalam (Yeremia 31 : 3): Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal, sebab itu Aku melanjutkan kasih setiaKu kepadamu Kasih Allah tidak bersyarat dan kekal. Waktu terus berjalan, kehidupan kita penuh dengan perubahan, seperti yang dikatakan oleh Herakletus. Firman Tuhan di (Ibrani 13:8) memberi kepastian, Yesus Kristus tetap sama kemarin, hari ini dan sampai selama lamanya.
2013-12-24 04:23:04